Selasa, 27 September 2016

LAPORAN KUNJUNGAN BELAJAR DI YOGYAKARTA

LAPORAN KUNJUNGAN BELAJAR DI YOGYAKARTA
       
     Kamis malam pada tanggal 12 Mei 2016 mahasiswa dan mahasiswi Universitas Negeri Surabaya prodi pendidikan Sendratasik konsentrasi tari angkatan 2015 mengadakan kunjungan belajara ke Yogyakarta yang berlangsung selama 3 hari. Tepatnya pada pukul 22.00 WIB rombongan kami berangkat dari Kota Surabaya menuju Yogyakarta dengan didampingi oleh salah sau dosen pengampu mata kuliah “Yogyakarta Putra” yaitu Dra. Eko Wahyuning Rahaya, M.Hum. Saat di perjalanan bus sempat berhenti di rest area daerah Ngawi untuk sejenak beristirahat, lalu melanjutkan perjalanan ke Kota Ypgyakarta dan tiba pada Jumat pagi sekitar pukul 07.00
            Sampai di Yogyakarta kami langsung menuju destinasi pertama yaitu Banjarmili Studio Dance Yogyakarta milik Dr. Martinus Miroto, M.F.A di Dusun Keradena RT 01 RW 17, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Setelah sampai disana Pak Miroto memepersilahkan kami untuk beristirahat sejenak, membersihkan diri, serta sarapan pagi terlebih dahulu agar dapat menerima materi secara maksimal.
            Setelah selesai, beliau mengawali materi dengan menceritakan pengalaman hidupnya, ia bercerita bagaimaa orang-orang bisa heran ssat ia masih dapat melakukan teknik encot dengan kuat dan baik di umurnya yang tidka lagi muda, beliau juga menjelaskan bahwa teknik tari Jawa Tengah yang apabila diakukan secara teratur dapat menjafi terapi kesehatan bagi yang melakukannya.  Contohnya, dari pengalamannya ia pernah divonis dokter bahwa kakinya mengalami saraf kejepit dan ada kemungkinan untuk lumpuh, hingga ia tidak danjurkan untuk menari agi, namun ia mengelak dan berfikir bahwa “bagaimana mungkin saya berhenti menari, sedangkan saya sudah lama dihidupi oleh tari?”. Hingga beberapa bulan ia terus menari, dan pada suatu hari ia mnegetes penyakitnya apakah masih kambuh atau tidak dengan membanu mengangkat panggung seberat 3 ton pada saat akan pentas di Jakarta, dan hasinlnya saraf kejepitnya tidak kambuh bahkan sudah tidak terasa sakit lagi.
            Beliau disana juga menjelaskan tentang perbedan ritme dan tempo dalam tari Jawa. Tempo merupakan cepat rambatnya gerak tarian, sedangkan ritme adalah batasan irama dari awal sampai akhir, misalya dalam 1 putaran gendhing lancaran terdapat 8 ketukan, dalam 1 putaran gendhing ketawang terdapat 16 ketukan. Ia juga menjelaskan tentang tari-tari berdasarkan masanya, bahwa seni tari pada era zaman dahulu lebih mengangkat ke tema tentang kehidupan pada masa itu, baik dalam tari rakyat maupun tarian istananya. Sedangkan tar di era moderen, lebih mengacu pada keinginnan anak muda untuk bebas dari akem-akem yang sudah ada, mereka ingin membuat dan mengekspresikan seni dengan cara yang lebih bebas.
Setelah materi pertama, lanjut pada materi kedua yaitu praktik tentang teknik olah tubuh yang harus selalu diselaraskan dengan pernafasan, begitu pula dalam gerakan menari. Beliau menjelaskan teknik singget tentang Tari Klana Alus gaya Yogyakarta,dan beberapa teknik berjalan dengan sakrum.
Setlah materi kedua, dilanjutkan dengan ishoma, kemudian materi terakhir beliau memperlihatkan beberapa karyanya, disini kami banyak memperoleh pengetahuan serta inspirasi bagaimana seniman berkarya, tak lupa diakhir acara Pak Miroto menutup perjumpaannya dengan sesi tanya jawab dan foto bersama.
           
Pukul 15.00 WIB kami melakukan perjalanan mmenuju Jogja Secret, yang merupakan pusat oleholeh kerajinan, baju, dan makanan khas Jogja. Sekitar pukul 17.00 WIB kita melanjutkan perjalanan menuju jalan Malioboro, jlana ini merupakan pusat kota dimana terdapat berbgaia toko yang berjejeran rapi di sepanjang jalannya, di toko-toko inilah banyak terdapat baju-baju, kerainan, serta makanan khas Jogja dengan harga yang miring. Tepat pukul 20.00 WIB rombongan kami erkumpul lalu melanjutkan perjalanan menuju hotel  di daerah parangtritis, hinggga akhirnya semua beristirahat untuk melanjutkan aktivitas di pagi esok.
            Pukul 04.00 dini hari semua peserta bangun, lalu menunggu Pak Miroto tiba di hotel, kemudian ia mengajak kami ke Gumuk Pasir Parangkusumo. Disana kita mendapat materi teknik olah tubuh, teknik pernfasan dalma tari kontemporer maupun tradisi, kita juga mendapat materi tentang bagaimana cara bereksplorasi dan berimprovisasi melalui alam sekitar, terakhir kami belajara tentang ritme dan ketukan dalam sebuah putaran gendhing. Acara pada hari itu ditutup dengan foto bersama demi mengabadikan sebuah momen yang mungkin takkan bisa terulang lagi.
            Pukul 09.00 WIB kami kembali ke hotel untuk membersihkan diri dan sarapan, lalu kita keluar hotel dan melajutkan perjalanan menuju “Djava”, yaitu pusat oleh-oleh makanan khas Yogyakarta. Setelah selesai kami langsung menuju kertaon Ngayogyakarta, disana kita dipandu oleh pihak travel namun untuk detail sejarah ruangannya kami dipandu langsung oleh pihak keraton.
            sDi keraton ini, kita bisa melihat berbagai peninggalan-peninggalan khas Yogyakarta, seperti motif jarit, guci, serta lampu-lampu cantik yangg diberikan oleh para pemimpin luar negeri, sebgaai cindera mata kepada Sultan Yogyakarta saat berkunjung ke kota ini. Disini banyak terdapat ruangan yang dikhususkan unruk meyimpan barang-barang peninggalan  Raja yang pernah memimpin kota Yogyakarta. Ruanga yang paling berkesan bagi saya dalah ruangan milik Sri Sultan Hamengkubuwono IX, karena ruangannya unik dan berbeda dari banunan lainnya, dindingnya terbuat dari kaca transparan dan langit-langitnya terdapat ukiran-ukiran berwarna emas yang megah.
            Kita juga melanjutkan perjalan ke Taman Sari, dipandu oleh pemandu dari phak bus. Setealh puas berfoto, kami mapir ke sebuah resto untuk makan siang dan beristirahat sejenak. Sekitar pukul 17.00 WIB kami melanjutkan perjalanan menuju tujuan terakhir yaitu Purawisata untuk menikmati pertunjukan drama tari Ramayana, dengan judul “Hilangnya Dewi Shinta sampai dengan Hanoman Obong” dan “Kumbokarno Gugur sampai dengan Shinta Obong” Ini adalah kali pertama saya menonton pertunjuan drama tari dan saya langsung jatuh cinta dengan pertunjukan tersebut, acaranya dimulai dari pukul 21.30 WIB. Saya sempat  mengabadikan beberapa foto saat penarinya bermain. Salah satunya adalah foto disamping, foto ini merupakan adega saat Hanoman berhasil ditawan oleh Hindrajit, lalu Rahwana memerintahkan untuk segera membakar Hnaoman. Namun berkat kesaktian Hanoman, ia tidak tewas dalma pembakaran tersebut, ia bahkan mengamuk lalu menjadikan Alengka menjadi Negara Lautan Api.
            Setelah pertunjukan selesai, kami makan malam di tempat yang sama lalu melajutkan perjalanan pulang menuju Kota Surabaya. Dalam perjalanan kami sempat beristirahat di daerah Ngawi, setelah itu tiba di kOta Surabaya pada pukul 09.00 Wib minggu pagi.

            Kami sangat bersyukur dengan adanya kegiatan kunjungan beajar ini, kita dapat memperoleh ilmu wawasan, dan pengalaman baru. Kekompakan semua peserta juga dapat dilatih melalui rasa solidaritas di kegiatan ini. Harapan kami, semoga masih ada kunjungan-kunjungan belajar selanjutny, serta semoga ilmu dan pengalaman yang kami dapat, dapat bermanfaat dan barokah. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar