LAPORAN KUNJUNGAN BELAJAR DI
YOGYAKARTA
Sampai di Yogyakarta kami langsung
menuju destinasi pertama yaitu Banjarmili
Studio Dance Yogyakarta milik Dr. Martinus Miroto, M.F.A di Dusun Keradena
RT 01 RW 17, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Setelah sampai disana Pak
Miroto memepersilahkan kami untuk beristirahat sejenak, membersihkan diri,
serta sarapan pagi terlebih dahulu agar dapat menerima materi secara maksimal.
Setelah selesai, beliau mengawali
materi dengan menceritakan pengalaman hidupnya, ia bercerita bagaimaa
orang-orang bisa heran ssat ia masih dapat melakukan teknik encot dengan kuat
dan baik di umurnya yang tidka lagi muda, beliau juga menjelaskan bahwa teknik
tari Jawa Tengah yang apabila diakukan secara teratur dapat menjafi terapi
kesehatan bagi yang melakukannya. Contohnya,
dari pengalamannya ia pernah divonis dokter bahwa kakinya mengalami saraf
kejepit dan ada kemungkinan untuk lumpuh, hingga ia tidak danjurkan untuk
menari agi, namun ia mengelak dan berfikir bahwa “bagaimana mungkin saya berhenti menari, sedangkan saya sudah lama
dihidupi oleh tari?”. Hingga beberapa bulan ia terus menari, dan pada suatu
hari ia mnegetes penyakitnya apakah masih kambuh atau tidak dengan membanu
mengangkat panggung seberat 3 ton pada saat akan pentas di Jakarta, dan
hasinlnya saraf kejepitnya tidak kambuh bahkan sudah tidak terasa sakit lagi.
Beliau disana juga menjelaskan
tentang perbedan ritme dan tempo dalam tari Jawa. Tempo merupakan cepat
rambatnya gerak tarian, sedangkan ritme adalah batasan irama dari awal sampai
akhir, misalya dalam 1 putaran gendhing lancaran terdapat 8 ketukan, dalam 1
putaran gendhing ketawang terdapat 16 ketukan. Ia juga menjelaskan tentang
tari-tari berdasarkan masanya, bahwa seni tari pada era zaman dahulu lebih
mengangkat ke tema tentang kehidupan pada masa itu, baik dalam tari rakyat
maupun tarian istananya. Sedangkan tar di era moderen, lebih mengacu pada
keinginnan anak muda untuk bebas dari akem-akem yang sudah ada, mereka ingin
membuat dan mengekspresikan seni dengan cara yang lebih bebas.
Setelah materi pertama, lanjut pada materi kedua yaitu
praktik tentang teknik olah tubuh yang harus selalu diselaraskan dengan
pernafasan, begitu pula dalam gerakan menari. Beliau menjelaskan teknik singget
tentang Tari Klana Alus gaya Yogyakarta,dan beberapa teknik berjalan dengan
sakrum.
Setlah materi kedua, dilanjutkan
dengan ishoma, kemudian materi terakhir beliau memperlihatkan beberapa
karyanya, disini kami banyak memperoleh pengetahuan serta inspirasi bagaimana
seniman berkarya, tak lupa diakhir acara Pak Miroto menutup perjumpaannya
dengan sesi tanya jawab dan foto bersama.
Pukul 15.00 WIB kami melakukan perjalanan mmenuju Jogja
Secret, yang merupakan pusat oleholeh kerajinan, baju, dan makanan khas Jogja.
Sekitar pukul 17.00 WIB kita melanjutkan perjalanan menuju jalan Malioboro,
jlana ini merupakan pusat kota dimana terdapat berbgaia toko yang berjejeran
rapi di sepanjang jalannya, di toko-toko inilah banyak terdapat baju-baju,
kerainan, serta makanan khas Jogja dengan harga yang miring. Tepat pukul 20.00
WIB rombongan kami erkumpul lalu melanjutkan perjalanan menuju hotel di daerah parangtritis, hinggga akhirnya
semua beristirahat untuk melanjutkan aktivitas di pagi esok.
Pukul 04.00 dini hari semua peserta
bangun, lalu menunggu Pak Miroto tiba di hotel, kemudian ia mengajak kami ke
Gumuk Pasir Parangkusumo. Disana kita mendapat materi teknik olah tubuh, teknik
pernfasan dalma tari kontemporer maupun tradisi, kita juga mendapat materi
tentang bagaimana cara bereksplorasi dan berimprovisasi melalui alam sekitar,
terakhir kami belajara tentang ritme dan ketukan dalam sebuah putaran gendhing.
Acara pada hari itu ditutup dengan foto bersama demi mengabadikan sebuah momen
yang mungkin takkan bisa terulang lagi.
Pukul 09.00 WIB kami kembali ke
hotel untuk membersihkan diri dan sarapan, lalu kita keluar hotel dan
melajutkan perjalanan menuju “Djava”, yaitu pusat oleh-oleh makanan khas
Yogyakarta. Setelah selesai kami langsung menuju kertaon Ngayogyakarta, disana
kita dipandu oleh pihak travel namun untuk detail sejarah ruangannya kami
dipandu langsung oleh pihak keraton.
sDi keraton ini, kita bisa melihat
berbagai peninggalan-peninggalan khas Yogyakarta, seperti motif jarit, guci,
serta lampu-lampu cantik yangg diberikan oleh para pemimpin luar negeri,
sebgaai cindera mata kepada Sultan Yogyakarta saat berkunjung ke kota ini.
Disini banyak terdapat ruangan yang dikhususkan unruk meyimpan barang-barang
peninggalan Raja yang pernah memimpin
kota Yogyakarta. Ruanga yang paling berkesan bagi saya dalah ruangan milik Sri
Sultan Hamengkubuwono IX, karena ruangannya unik dan berbeda dari banunan
lainnya, dindingnya terbuat dari kaca transparan dan langit-langitnya terdapat
ukiran-ukiran berwarna emas yang megah.
Kita juga melanjutkan perjalan ke
Taman Sari, dipandu oleh pemandu dari phak bus. Setealh puas berfoto, kami
mapir ke sebuah resto untuk makan siang dan beristirahat sejenak. Sekitar pukul
17.00 WIB kami melanjutkan perjalanan menuju tujuan terakhir yaitu Purawisata
untuk menikmati pertunjukan drama tari Ramayana, dengan judul “Hilangnya Dewi
Shinta sampai dengan Hanoman Obong” dan “Kumbokarno Gugur sampai dengan Shinta
Obong” Ini adalah kali pertama saya menonton pertunjuan drama tari dan saya
langsung jatuh cinta dengan pertunjukan tersebut, acaranya dimulai dari pukul
21.30 WIB. Saya sempat mengabadikan
beberapa foto saat penarinya bermain. Salah satunya adalah foto disamping, foto
ini merupakan adega saat Hanoman berhasil ditawan oleh Hindrajit, lalu Rahwana
memerintahkan untuk segera membakar Hnaoman. Namun berkat kesaktian Hanoman, ia
tidak tewas dalma pembakaran tersebut, ia bahkan mengamuk lalu menjadikan
Alengka menjadi Negara Lautan Api.
Setelah pertunjukan selesai, kami
makan malam di tempat yang sama lalu melajutkan perjalanan pulang menuju Kota
Surabaya. Dalam perjalanan kami sempat beristirahat di daerah Ngawi, setelah
itu tiba di kOta Surabaya pada pukul 09.00 Wib minggu pagi.
Kami sangat bersyukur dengan adanya
kegiatan kunjungan beajar ini, kita dapat memperoleh ilmu wawasan, dan pengalaman
baru. Kekompakan semua peserta juga dapat dilatih melalui rasa solidaritas di
kegiatan ini. Harapan kami, semoga masih ada kunjungan-kunjungan belajar
selanjutny, serta semoga ilmu dan pengalaman yang kami dapat, dapat bermanfaat
dan barokah. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar