Selasa, 27 September 2016

Contoh RPP Seni Budaya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah                      : SMP Negeri X
Kelas                          : VII
Semester                    : Ganjil
Mata Pelajaran           : Seni Budaya (SeniTari)
Alokasi Waktu           : 2x45 menit

A.  KOMPETENSI INTI
KI 1 :  Menerima, menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya
KI 2 :  Menghargai perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, rasa ingin tahu, percaya diri, dan motivasi internal, toleransi, pola hidup sehat, ramah lingkungan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI 3 :  Memahami pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu  pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata
KI 4 :  Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat) dan abstrak (menulis,membaca, menghitung, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan dari berbagai sumber lainnya yang sama dalam sudut pandang/teori

B.  KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PEMBELAJARAN
*      Kompetensi Dasar

*      Indikator Pembelajaran

1.1 Menerima, menanggapi dan menghargai keragaman dan keunikan tari Tradisional Jawa Timur “Muang Sangkal” sebagai bentuk rasa syukur tehadapa anugrah Tuhan.
1.1.1        Menerima keragaman dan keunikan tari daerah Jawa Timur “Muang Sangkal” sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan.
1.1.2        Menanggapi keragaman dan keunikan tari daerah Jawa Timur “Muang Sangkal” sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan.
1.1.3        Menghargai keragaman dan keunikan tari daerah Jawa Timur “Muang Sangkal” sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan.

2.1  Menunjukkan sikap percaya diriterhadapkarya seni tari daerah setempat yaitu tari Muang Sangkal.
2.1.1 Menunjukkan sikap percaya diri terhadap karya seni tari daera Jawa Timur yaitu “Muang Sangkal”
2.1.2 Menunjukkan kepedulian terhadap karya seni tari daera Jawa Timur yaitu “Muang Sangkal”

3.1 Memahami teknik menari “Muang Sangkal” secara perorangan

3.1.1. Menjelaskan tentang asal usul sejarah tari ‘Muang Sangkal”
3.1.2 Menyebutkan minimal 5 tata busana dalam tari “Muang Sangkal”
3.1.3 Menyebutkan minimal 3 ragam gerak dalam tari Muang Sangkal”

4.1  Menarikan tari Muang Sangkal dengan segala teknik dalam konteks berkelompok
4.1.1Menarikan tari daerah Jawa Timur “Muang Sangkal” dengan menguasai minimal 3 ragam secara berkelompok.


C.  TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari pokok bahasan ini perserta didik diharapkan mampu :
1.  Siswa dapat mendeskripsikan asal usul terciptanya tari Muang Sangkal.
2.  Siswa dapat mengidentifikasikan tari Muang Sangkal berdasarkan gerak tari, iringan gending dan tata rias busana tari.
3.  Siswa dapat melakukan eksplorasi gerak tari Muang Sangkal berdasarkan ruang,waktu, dan tenaga baik secara perorangan maupun berkelompok melalui diskusi kelompok.
4.  Siswa dapat mempresentasikantari Muang Sangkal dengan teknik yang benar melalui praktik secara berkelompok.

D.  MATERI PEMBELAJARAN
1.      Elemen Tari Muang Sangkal
A.    Filosofi Tari
Banyak seni dan budaya menarik yang dapat anda nikmati,dan kenali, jika anda berkunjung ke Indonesia, karena setiap daerah di negeri ini memiliki seni dan budaya khasnya yang unik. Misalnyasajapulau Madura. Berbicaratentangsenidanbudayapulauiniadasatutarian yang telahmenjadiikonsenipulau Madura, khususnyakabupatenSumenep. TariantersebutbernamatariMuangSangkal.
TarimuangsangkalmerupakansalahsatutarianasliSumenep.Tari moang sangkal sendiri, diciptakan pada tahun 1972 oleh salah seorang seniman Sumenep, Taufikurrachman yang salah satunya dilatarbelakangi oleh kepedulian para seniman dalam menerjemahkan alam madura yang sarat akan karya dan keunikan. Disamping juga mengangkat sejarah kehidupan keraton Sumenep tempo dulu.
Tari Moang Sangkal merupakan salah satu ikon seni tari di Madura, secara harfiah kata moang sangkal terdiri dari dua kata berbahasa Madura yang mempunyai makna kata sebagai berikut :
1.      Kata Mowang berarti membuang
2.      Kata Sangkal berarti sukerta yang artinya gelap (sesuatu yang menjadi santapan sebangsa setan, dedemit, jin rayangan, iblis, menurut ajaran Hindu).
Kata "sangkal" sendiri mengadopsi dari bahasa Jawi Kuno yang maksudnya Sengkala (sengkolo). Jadi sangkal yang dimaksudkan pada umumnya oleh masyarakat Songennep adalah : bila ada orang tua mempunyai anak gadis lalu dilamar oleh laki-laki, tidak boleh ditolak karena membuat si gadis tersebut akan “sangkal” (tidak laku selamanya).
Sedangkan dalam versi bahasa Madura sendiri arti Muang Sangkal berasal dari dua kata, yaitu “Muang” dan “Sangkal”. Muang artinya membuang, sangkal artinya petaka. Jadi Tari Muang Sangkal adalah tari untuk membuang petaka yang akan terjadi pada manusia.
TariankhasKeratonSumenepinidiciptakanuntukmenyambuttamuagung. SampaisaatiniKeratonSumenepdanpemerintahdaerahkabupatenSumenepterusmelestarikantariinidenganmementaskannyaketikatamupentingdatangkedaerahmereka. Selaindipentaskan di daerah Sumenepdanpulau Madura, TarianMuangSangkaljugatelahdipentaskankeberbagainegara.
TariMoangsangkalsampaisaatiniterusbertahankarenamasihbanyakgadis-gadis yang senangmempelajaridanmenarikannya.
Pada tahun 2008, Tari Muang Sangkal ini meneriman penghargaan dari Cak Durasin Award yang diwakili oleh Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Pada tahun 2008, Tarian Muang Sangkal juga pernah tampil dalam pelaksanaan Pekan Budaya Nasional yang dilaksanakan di Legian Beach, Denpasar Bali.
Ini merupakan sebuah penghargaan yang luar biasa dan patut disyukuri karena penghargaan semacam ini tidak diberikan mudah diperoleh. Untuk memperoleh penghargaan butuh usaha yang maksimal dan dukungan dari semua elemen masyarakat, khususnya masyarakat Sumenep itu sendiri.
B.     Gerak Tari

Pada awalnya tari Mowang Sangkal gerakannya agak keras, diiringi dengan gamelan dengan gending ”sampak” lalu mengalir pada gending ”oramba’-orambe’ ” yang mengisyaratkan para putri keraton menuju ke ”taman sare”. Dan kemudian gerakannya tambah halus, gerakan yang halus, mengisyaratkan para putri sedang berjalan di Mandiyoso (koridor keraton dalem menuju Pendopo Agung Keraton Sumenep).
Saat tarian berlangsung, para penari memegang sebuah cemong (mangkok kuningan) berisikan aneka macam kembang, yang  pada umumnya di campur dengan beras kuning.
Penari berjalan beriringan dengan gerakan tangan sambil menabur beras di dalam cemong yang di umpamakan sebagai membuang bala(nasib buruk), dengan diiringi musik gamelan khas keraton. Beras kuning dan bunga ditabur sebagai simbol membuang petaka.



C.     Penari dan Kostum

Pada umumnya jumlah penari berjumlah ganjil, dan kostum yang digunakannyapun adalah kostum pengantin legha khas Sumenep dengan warna yang khas pula, yaitu warna merah dan kuning, perpaduan warna tersebut mengandung filosofi ”kapodhang nyocco’ sare” yang maksudnya ”Rato prapa’na bunga” (raja sedang bahagia). sedangkan untuk paduan warna kostum merah dan hijau atau kuning dan hijau mengandung folosofi ”kapodang nyocco’ daun” yang maksudnya ”Rato prapa’na bendhu” (Raja sedang marah).
Ada banyak versi pengembangan dari kostum muang sangkal modern saat ini, berikut beberapa contohnya:

1.  Gambar di samping merupakan gambar penari muang sangkal dengan  legha berwarna merah, serta sampur (selendang tari) berwarna kuning yang dipadukan dengan aksesoris lain yang terlihat mewah namun tetap terkesan  anggun dan sederhana.








2.       Gambar di samping adalah para penari muang sangkal yang memakai leggha berwarna hitam yang di padukan dengan sampur merah serta aksesoris lainnya. Busana ini merupakan busana asli awal mula penciptaan tari Muang Sangkal.




3.Para penari di samping adalah penari muang sangkal yang memakai kostum muang sangkal modern, leggha berwarna merah,
 yang di padukan dengan tebbe’ (kebaya dalam bahasa Madura) yang jugab erwarna merah serta sampur kuning dan aksesoris leggha lainnya.

Dan masihbanyak lagi pengembangan-pengembangan kostum modern muang sangkal lainnya.



D.    Keunikan Tari Moang Sangkal
1. penarinya perempuan semua dan harus berjumlah ganjil
2. Pakaian yang dipakai adalah busana pengantin legga dengan dodot khas Sumenep
3. penarinya tidak dalam keadaan menstruasi.
“Penari Muang Sangkal dipilih perempuan karena gerakan perempuan lebih gemulai dan lebih indah daripada laki-laki.
 Tidak berpasangan dengan laki-laki karena menjaga kesucian tarian ini, dalam keadaan bergerak antara penari laki-laki dan penari perempuan bisa bersentuhan, bila laki-laki dan perempuan bukan muhrim bersentuhan, maka menodai sucinya tarian ini.
 Sama halnya mengapa penari tidak boleh dalam keadaan haid. Dan jumlah penari harus ganjil karna Tuhan itu Maha Esa.”
  1. METODE PEMBELAJARAN
-          Praktek
-          Kooperatif
-          Inkuiri
-          Diskusi kelompok
F.     SUMBER BELAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN
v  ALAT
v  LCD dan VCD
v  BAHAN
v  Buku Teks :  Eko Purnomo, dkk, Seni Budaya Kelas 7, Kemendikbud, 2013.
v  Buku teks yang sesuai dengan pokok bahasan
v  MEDIA
v  Gambar Tari
v  Audio Tari
v  Audio visual tari
v  Powerpoint

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan 1
1)   Kegiatan Awal
1.      Mengucapkan salam dan berdoa untuk mulai membuka pembelajaran
2.      Guru mulai melakukan absensi apresiasi
3.      Guru mereview tentang materi yang telah dibahas minggu lalu.
2)      Kegiatan inti
Kegiatan inti pembelajaran, peserta didik bersama dengan guru dapat melakukan aktivitas berikut ini.
1.      Mengamati
a.       Mengamati video / audio visual tentang menarikan tari Tradisional Jawa Timur “Muang Sangkal” secara berkelompok
b.      Mengamati teknik menari yang digunakan dalam tari Tradisional Jawa Timur “Muang Sangkal”

2.      Menanya
a.       Siswa bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum dimengerti
3.      Mencoba
a.       Menarikan tari Tradisional Jawa Timur “Muang Sangkal” minimal 3 ragam secara berkelompok dengan teknik yang benar.
b.    Kegiatan penutup
1.      Guru dapat melakukan evaluasi dan refleksi pada setiap pertemuan. Kegiatan evaluasi dan refleksi menekankan pada tiga aspek yaitu pengetahuan yang telah diperoleh, menghubungkan sikap dengan materi pembelajaran, dan kemampuan psikomotorik atau keahlian dalam praktek menari.
2.      Peserta didik mencatat informasi guru tentang kegiatan pembelajaran berikutnya.

3.      Mengakhiri pertemuan dengan berdoa dan salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar