RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP Negeri X
Kelas : VII
Semester : Ganjil
Mata Pelajaran : Seni Budaya (SeniTari)
Alokasi Waktu : 2x45 menit
A. KOMPETENSI INTI
KI 1 :
Menerima, menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghargai perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, rasa ingin tahu, percaya diri, dan
motivasi internal, toleransi, pola hidup sehat, ramah lingkungan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
KI 3 : Memahami pengetahuan
faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak
mata
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan
menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan
membuat) dan abstrak (menulis,membaca, menghitung, dan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan dari berbagai sumber lainnya yang sama dalam
sudut pandang/teori
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PEMBELAJARAN
![]() |
![]() |
1.1 Menerima, menanggapi dan
menghargai keragaman dan keunikan tari Tradisional Jawa Timur “Muang Sangkal”
sebagai bentuk rasa syukur tehadapa anugrah Tuhan.
|
1.1.1
Menerima keragaman dan keunikan
tari daerah Jawa Timur “Muang Sangkal” sebagai bentuk rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan.
1.1.2
Menanggapi keragaman dan
keunikan tari daerah Jawa Timur “Muang Sangkal” sebagai bentuk rasa syukur
terhadap anugerah Tuhan.
1.1.3
Menghargai keragaman dan
keunikan tari daerah Jawa Timur “Muang Sangkal” sebagai bentuk rasa syukur
terhadap anugerah Tuhan.
|
2.1 Menunjukkan sikap percaya diriterhadapkarya seni tari daerah setempat yaitu tari
Muang Sangkal.
|
2.1.1 Menunjukkan
sikap percaya diri terhadap karya seni tari daera Jawa Timur yaitu “Muang
Sangkal”
2.1.2 Menunjukkan
kepedulian terhadap karya seni tari daera Jawa Timur yaitu “Muang Sangkal”
|
3.1 Memahami teknik
menari “Muang Sangkal” secara perorangan
|
3.1.1. Menjelaskan tentang asal usul sejarah tari
‘Muang Sangkal”
3.1.2 Menyebutkan minimal 5 tata busana dalam tari
“Muang Sangkal”
3.1.3 Menyebutkan minimal 3 ragam gerak dalam tari
Muang Sangkal”
|
4.1 Menarikan tari Muang Sangkal dengan segala
teknik dalam konteks berkelompok
|
4.1.1Menarikan tari
daerah Jawa Timur “Muang Sangkal” dengan menguasai minimal 3 ragam secara
berkelompok.
|
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari pokok bahasan ini perserta didik diharapkan mampu :
1. Siswa dapat mendeskripsikan asal usul terciptanya tari Muang Sangkal.
2. Siswa dapat mengidentifikasikan
tari Muang Sangkal berdasarkan gerak tari,
iringan gending dan tata rias busana tari.
3. Siswa dapat melakukan
eksplorasi gerak tari Muang
Sangkal berdasarkan ruang,waktu, dan tenaga baik secara
perorangan maupun berkelompok melalui diskusi kelompok.
4.
Siswa dapat mempresentasikantari Muang Sangkal dengan teknik yang
benar melalui praktik secara berkelompok.
D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Elemen
Tari Muang Sangkal
A.
Filosofi Tari
Banyak seni dan budaya menarik yang dapat anda
nikmati,dan kenali, jika anda berkunjung ke Indonesia, karena setiap daerah di
negeri ini memiliki seni dan budaya khasnya yang unik. Misalnyasajapulau
Madura. Berbicaratentangsenidanbudayapulauiniadasatutarian yang
telahmenjadiikonsenipulau Madura, khususnyakabupatenSumenep.
TariantersebutbernamatariMuangSangkal.
TarimuangsangkalmerupakansalahsatutarianasliSumenep.Tari moang sangkal sendiri, diciptakan pada tahun
1972 oleh salah seorang seniman Sumenep, Taufikurrachman yang salah satunya
dilatarbelakangi oleh kepedulian para seniman dalam menerjemahkan alam madura
yang sarat akan karya dan keunikan. Disamping juga mengangkat sejarah kehidupan
keraton Sumenep tempo dulu.
Tari Moang Sangkal merupakan salah satu ikon seni tari
di Madura, secara harfiah kata moang sangkal terdiri dari dua kata
berbahasa Madura yang mempunyai makna kata sebagai berikut :
1.
Kata Mowang berarti membuang
2.
Kata Sangkal berarti sukerta yang
artinya gelap (sesuatu yang menjadi santapan sebangsa setan, dedemit, jin
rayangan, iblis, menurut ajaran Hindu).
Kata
"sangkal" sendiri mengadopsi dari bahasa Jawi Kuno yang maksudnya
Sengkala (sengkolo). Jadi sangkal yang dimaksudkan pada umumnya oleh masyarakat
Songennep adalah : bila ada orang tua mempunyai anak gadis lalu dilamar
oleh laki-laki, tidak boleh ditolak karena membuat si gadis tersebut akan
“sangkal” (tidak laku selamanya).
Sedangkan dalam versi bahasa Madura
sendiri arti Muang Sangkal berasal dari dua kata, yaitu “Muang”
dan “Sangkal”. Muang artinya membuang, sangkal artinya petaka. Jadi Tari
Muang Sangkal adalah tari untuk membuang petaka yang akan terjadi
pada manusia.
TariankhasKeratonSumenepinidiciptakanuntukmenyambuttamuagung.
SampaisaatiniKeratonSumenepdanpemerintahdaerahkabupatenSumenepterusmelestarikantariinidenganmementaskannyaketikatamupentingdatangkedaerahmereka.
Selaindipentaskan di daerah Sumenepdanpulau Madura,
TarianMuangSangkaljugatelahdipentaskankeberbagainegara.
TariMoangsangkalsampaisaatiniterusbertahankarenamasihbanyakgadis-gadis
yang senangmempelajaridanmenarikannya.
Pada tahun 2008, Tari Muang
Sangkal ini meneriman penghargaan dari Cak Durasin Award yang diwakili
oleh Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Pada tahun 2008,
Tarian Muang Sangkal juga pernah tampil dalam pelaksanaan
Pekan Budaya Nasional yang dilaksanakan di Legian Beach, Denpasar Bali.
Ini merupakan sebuah penghargaan
yang luar biasa dan patut disyukuri karena penghargaan semacam ini tidak
diberikan mudah diperoleh. Untuk memperoleh penghargaan butuh usaha yang
maksimal dan dukungan dari semua elemen masyarakat, khususnya masyarakat
Sumenep itu sendiri.
B.
Gerak Tari
Pada
awalnya tari Mowang Sangkal gerakannya agak keras, diiringi dengan gamelan
dengan gending ”sampak” lalu mengalir pada gending ”oramba’-orambe’ ” yang
mengisyaratkan para putri keraton menuju ke ”taman sare”. Dan kemudian
gerakannya tambah halus, gerakan yang halus, mengisyaratkan para putri sedang
berjalan di Mandiyoso (koridor keraton dalem menuju Pendopo Agung Keraton
Sumenep).
Saat
tarian berlangsung, para penari memegang sebuah cemong (mangkok kuningan)
berisikan aneka macam kembang, yang pada
umumnya di campur dengan beras kuning.
Penari
berjalan beriringan dengan gerakan tangan sambil menabur beras di dalam cemong
yang di umpamakan sebagai membuang bala(nasib buruk), dengan diiringi musik
gamelan khas keraton.
Beras kuning dan bunga ditabur sebagai simbol membuang petaka.
C.
Penari dan Kostum
Pada
umumnya jumlah penari berjumlah ganjil, dan kostum yang digunakannyapun adalah
kostum pengantin legha khas Sumenep dengan warna yang khas pula, yaitu warna
merah dan kuning, perpaduan warna tersebut mengandung filosofi ”kapodhang
nyocco’ sare” yang maksudnya ”Rato prapa’na bunga” (raja sedang
bahagia). sedangkan untuk paduan warna kostum merah dan hijau atau kuning dan
hijau mengandung folosofi ”kapodang nyocco’ daun” yang maksudnya ”Rato
prapa’na bendhu” (Raja sedang marah).
Ada banyak
versi pengembangan dari kostum muang sangkal modern saat ini, berikut beberapa
contohnya:
1. Gambar di samping
merupakan gambar penari muang sangkal dengan
legha berwarna merah, serta sampur (selendang tari) berwarna kuning yang
dipadukan dengan aksesoris lain yang terlihat mewah namun tetap terkesan anggun dan sederhana.
2. Gambar di samping adalah para penari muang
sangkal yang memakai leggha berwarna hitam yang di padukan dengan sampur merah
serta aksesoris lainnya. Busana ini merupakan busana asli awal mula penciptaan
tari Muang Sangkal.
3.Para
penari di samping adalah penari muang sangkal yang memakai kostum muang sangkal
modern, leggha berwarna merah,
yang di padukan dengan tebbe’ (kebaya dalam bahasa Madura) yang jugab erwarna merah serta
sampur kuning dan aksesoris leggha lainnya.
Dan masihbanyak lagi pengembangan-pengembangan kostum modern
muang sangkal lainnya.
D. Keunikan Tari
Moang Sangkal
1. penarinya perempuan semua dan harus berjumlah ganjil
2. Pakaian yang dipakai adalah busana pengantin legga dengan
dodot khas Sumenep
3. penarinya tidak dalam keadaan menstruasi.
“Penari Muang
Sangkal dipilih perempuan karena gerakan perempuan lebih gemulai dan
lebih indah daripada laki-laki.
Tidak berpasangan dengan laki-laki karena
menjaga kesucian tarian ini, dalam keadaan bergerak antara penari laki-laki dan
penari perempuan bisa bersentuhan, bila laki-laki dan perempuan bukan muhrim
bersentuhan, maka menodai sucinya tarian ini.
Sama halnya mengapa penari tidak boleh dalam
keadaan haid. Dan jumlah penari harus ganjil karna Tuhan itu Maha Esa.”
- METODE PEMBELAJARAN
-
Praktek
-
Kooperatif
-
Inkuiri
-
Diskusi kelompok
F.
SUMBER BELAJAR DAN
MEDIA PEMBELAJARAN
v
ALAT
|
v
LCD dan VCD
|
v
BAHAN
|
v
Buku Teks : Eko Purnomo, dkk, Seni Budaya Kelas 7,
Kemendikbud, 2013.
v
Buku teks yang sesuai dengan
pokok bahasan
|
v
MEDIA
|
v
Gambar Tari
v
Audio Tari
v
Audio visual tari
v
Powerpoint
|
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan
1
1)
Kegiatan
Awal
1.
Mengucapkan
salam dan berdoa untuk mulai membuka pembelajaran
2.
Guru mulai melakukan absensi apresiasi
3.
Guru mereview tentang materi yang telah dibahas
minggu lalu.
2)
Kegiatan
inti
Kegiatan inti pembelajaran, peserta didik bersama
dengan guru dapat melakukan aktivitas berikut ini.
1. Mengamati
a. Mengamati video /
audio visual tentang menarikan tari Tradisional Jawa Timur “Muang Sangkal”
secara berkelompok
b. Mengamati teknik
menari yang digunakan dalam tari Tradisional Jawa Timur “Muang Sangkal”
2. Menanya
a. Siswa bertanya kepada
guru tentang hal-hal yang belum dimengerti
3. Mencoba
a. Menarikan tari
Tradisional Jawa Timur “Muang Sangkal” minimal 3 ragam secara berkelompok
dengan teknik yang benar.
b.
Kegiatan
penutup
1.
Guru
dapat melakukan evaluasi dan refleksi pada setiap pertemuan. Kegiatan evaluasi
dan refleksi menekankan pada tiga aspek yaitu pengetahuan yang telah diperoleh,
menghubungkan sikap dengan materi pembelajaran, dan kemampuan psikomotorik atau
keahlian dalam praktek menari.
2.
Peserta didik mencatat informasi guru tentang
kegiatan pembelajaran berikutnya.
3.
Mengakhiri
pertemuan dengan berdoa dan salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar