Selasa, 27 September 2016

Jenis Tari Bali


     Tari Bali adalah tarian yang berasal dari Bali. Tari Bali tidak selalu bergantung pada alur cerita. Tujuan utama penari Bali adalah untuk menarikan tiap tahap gerakan dan rangkaian dengan ekspresi penuh. Kecantikan tari Bali tampak pada gerakan-gerakan yang abstrak dan indah.Tari-tari Bali yang paling dikenal antara lain Tari Pendet, Gabor, Baris, Sanghyang dan Legong. Tari Bali sebagian besar bermakna religius. Sejak tahun 1950-an, dengan perkembangan pariwisata yang pesat, beberapa tarian telah ditampilkan pada kegiatan-kegiatan di luar keagamaan dengan beberapa modifikasi.
     Tari Bali dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, wali (sakral) atau bebali (upacara) dan balih-balihan (hiburan). Tari wali dan bebali dapat ditarikan di tempat dan waktu tertentu. Tari wali dipentaskan di halaman bagian dalam pura dan tari bebali di halaman tengah (jaba tengah). Sebaliknya tari balih-balihan ditarikan di halaman luar pura (jaba sisi) dalam acara yang bersifat hiburan. Berikut penjelasan lebih lanjut. 
Tari wali, merupakan tarian sakral, dipentaskan di halaman bagian dalam pura (jeroan). Contohnya :
a. Tari Rejang
     Tari Rejang merupakan tarian yang ditampilkan oleh wanita secara berkelompok di halaman pura pada saat berlangsungnya upacara. Tari rejang memiliki gerakan yang sederhana dan lemah gemulai.
b. Tari Baris,
     Tari Baris merupakan jenis tarian pria, ditarikan dengan gerakan yang maskulin. Berasal dari kata bebaris yang bermakna prajurit, tarian ini dibawakan secara berkelompok
c.Tari Pendet
     Tari Pendet merupakan tarian pembuka upacara di pura. Penari yang terdiri dari wanita dewasa menari sambil membawa perlengkapan sesajen. Gerakan Tari Pendet lebih dinamis dibanding Tari Rejang. Kini, Pendet telah ditarikan untuk hiburan, terutama sebagai tari penyambutan.
                       
d.Tari Sanghyang Dedari
   Tari Sanghyang Dedari adalah tari yang memasukkan unsur-unsur kerasukan guna menghibur dewa-dewi, meminta berkat dan menolak bala.
     e.Tari Barong
     Tari Barong adalah seni tari yang menceritakan pertarungan antara kebajikan dan kejahatan. Tokoh utama adalah barong, hewan mistik yang diperankan dua penari pria, seorang memainkan kepala dan kaki depan, seorang lagi jadi kaki belakang dan ekor.
     2. Bebali adalah jenis tarian upacara, biasanya dipentaskan di halaman tengah pura.tariini sifatnya diantara sakral dan hiburan. Contohnya:
a. Gambuh
     Gambuh adalah sendratari bali yang tertua. Musik, iteratur, dan kosakata yang digunakan dalam tariannya diturunkan dari periode Majapahit di pulau jawa. Pertunjukan ini biasanya ditampilkan di pura pada saat hari-hari besar dan upacara.
     3. Balih-balihan
    Balih-balihan adalah jenis tarian yang bersifat non religius dan cenderung menghibur. Tarian ini biasanya ditampilkan dihalaman depan pur atau jaba pura. Contohnya:
     a.Janger
     Janger adalah tari pergaulan yang dibawakan oleh penari laki-laki an perempuan. Penari putri menggunakan mahkota berbentuk merak berwarna emas dan hiasan daun kepala kering. Sebagian besar gerakan dilakukan dengan posisi duduk dengan gerakan-gerakan bahu, tangan, mata, kepala sambil bernyanyi dan diiringi oleh gambelan.
    b.Kebyar atau Kekebyaran
Kebyar atau Kekebyaran adalah tarian yang ditarikan secara solo, duo, kelompok, maupun dalam sendratari. Tari ini diiringi oleh permainan gambelan gogng kebyar
c .Legong
  Legong adalah tarian yang diciptakan oleh Pangeran Sukawati berdasarkan miminya melihat bidadari. Penari legong yang berjumlah 3 orang menari mengikuti permainan gamelan semar pagulingan.
     d.Kecak
    Kecak adalah tarian yang dibawakan secara beramai-ramai pada malam hari mengelilingi api unggun. Ditampilkan oleh seratus atau lebih pria sambil duduk, dipimpin oleh pendeta di tengah-tengahnya. Tari kecak tak diiringi musik , tetapi hanya tepukan telapak tangan yang memukul bagian-bagian dari tubuh agar menghasilkan suara. Mereka mengucapkan kata “cak,cak,cak” untuk menghasilkan suatu paduan suara yang unik.
     e.Tari Topeng
     Di Bali topeng dianggap sakral, seperti topeng barong ket (singa), barong macan (harimau), barong bangkal (babi hutan), barong lembu (banteng) dan barong landung (raksasa). Menarikan tari topeng dilakukan untuk memainkan kisah kehidupan nenek moyang, kisah Ramayana, atau riwayat sejarah.


Fungsi dan Jenis Tari

·         Fungsi Tari Menurut Para Ahli

Berikut beberapa pendapat tentang fungsi Tari:
1)      Menurut  Curt Sachs: Magis dan Tontonan
2)      Soedarsono: (dalam fungsi primernya) Upacara, Pergaulan (sosial), Tontonan (pertunjukan)
3)      Alan P. Merriam: ekspresi emosional, kenikmatan estetik, hiburan, komunikasi, representasi simbolis, respon fisik, memperkuat konformitas norma-norma sosial, pengesahan institusi-institusi sosial dan ritual-ritual, sumbangan pada pelestarian serta stabilitas kebudayaan, dan membangun integritas masyarakat.
4)      Anthony V. Shay: Refleksi dari organisasi sosial; sarana ekspresi ritual, sekuler, dan keagamaan; ungkapan serta pengendoran psikologis; refleksi dari kegiatan ekonomi.
5)      M. McNeil Lowry: citra masyarakat Amerika di maca negara; sarana komunikasi serta sarana saling memahami antara Amerika dan negara-negara lain; ekspresi tujuan nasional; pengaruh penting dalan dunia pendidikan; kunci penting bagi pengertian orang Amerika untuk memahami dirinya, zamannya, serta tujuannya; lapangan kerja bagi angkatan muda; dalam bentuk yang melembaga sangat vital bagi sumber-sumber kemasyarakatan, moral, serta pendidikan; bagus bagi bisnis terutama di sentra penduduk yang baru; komponen untuk memperkokoh benteng moral dan spiritual bagi suatu bangsa yang keamanannya terancam.

·         Jenis Tari berdasarkan Tema Garap

1.   Tema Dramatik
Yaitu karya seni tari yang dalam penyajiannya menggunakan cerita atau dalam tari tersebut ada latar belakang ceritanya. Tari yang bertema dramatik bisa dilakukan oleh satu orang penari, dua penari ataupun banyak penari. Misalnya pada tari Menak Kocar (tunggal), Karno Tandhing (berpasangan). Pada tema dramatik bentu kelompok dibedakan menjadi :
a.      Dramatari berdialog dibagi 2 yaitu :
-         Dramatari berdialog prosa.
Contoh : Wayang orang, prembon (Bali)
-         Dramatari berdialog puisi / tembang.
Contoh : Langendriyan, Langenmandrawanara
b.   Dramatari tanpa dialog
Contoh : Sendratari (Seni, Drama dan Tari)

2.   Tema Non Dramatik
Karya tari yang dalam penyajiannya tidak menggunakan cerita atau tidak merupakan bagian dari suatu cerita, tetapi menggambarkan sesuatu.
Contoh : Tari Kuda-Kuda, Tari Golek, dll

3.   Tema Heroik
Pada tema heroik biasanya berbentuk perang atau tandingan yang menggambarkan kegagahan dan keperwiraan.
Contoh : Tari Prawiraguna, Tari Bambangan Cakil

  
4.   Tema Erotik

Karya tari yang bertema erotik menggambarkan percintaan antara pria dan wanita. Dalam tema dapat ditarikan tunggal ataupun pasangan.
Contoh : Tari Gatutkaca Gandrung, Tari Karonsih



5.   Tema Imitatif / Totemitis
Tari yang bertema imitatif adalah gerak tariannya menirukan binatang atau hewan dan alam.
Contoh : Tari Kukila, Tari Kelinci, Tari Kupu-Kupu


6.   Tema Pantomime / Mimitis

Karya tari yang bertema pantomime yaitu gerak tariannya meniru gerak orang atau menggambarkan suatu bentuk aktifitas manusia.
Contoh : Tari Batik, Tari Nelayan, Tari Gambyong


Sumber: www.seputarpengetahuan.com

Beberapa tari yang ada di daerah Madura


1. Tari Gambu
Pada awalnya tari Gambu lebih dikenal dengan Tari keris, dalam catatan Serat Pararaton tari Gambu disebut dengan Tari Silat Sudukan Dhuwung, yang diciptakan oleh Arya Wiraraja dan diajarkan pada para pengikut Raden Wijaya kala mengungsi di keraton Sumenep Pada waktu perayaan Wuku Galungan di kerajaan Daha Prabu Jayakatwang mengadakan acara pasasraman di manguntur. Mengadakan adu kesaktian antar prajurit perang kerajaan  untuk mecari bibit-bibit unggul sebagai senopati perang kelak. Para jago yang diandalkan oleh Raden Wijaya yakni Lembusora, Ranggalawe dan Nambi maju ke arena pasasraman untuk berhadapan dengan para prajurit Daha yakni Kebomundarang, Mahesarubuh dan Pangelet.Ternyata para prajuritnya Raden Wijaya lebih unggul  karena waktu dalam pengasingan di Sumenep selalu melakukan latihan perang-perangan dengan memakai keris yang sampai saat ini diberi nama tari gambu. Di dalam kitab Pararaton tari tersebut bernama tari Silat Sudukan Dhuwung, yang di ciptakan oleh Adipati Arya Wiraraja (1269-1293) yang selalu diajarkan pada para pengiring Raden Wijaya kala ada di Sumenep.
Tari Keris ciptaan Arya Wiraraja ini lama sekali tidak diatraksikan. Pada masa kerajaan Mataram Islam di Jawa yakni pada pemerintahan Raden Mas Rangsang Panembahan AGUNG Prabu Pandita Cakrakusuma Senapati ing Alaga Khalifatullah (Sultan Mataram 1613-1645), seorang Raja yang sangat peduli dengan seni dan budaya. Maka kala itu Sumenep diperintah oleh seorang Adipati kerabat Sultan Agung yang bernama Pangeran Anggadipa tarian tersebut dihidupkan kembali sekiotar tahun 1630, diberi nama “Kambuh” dalam bahasa Jawa berarti “terulang kembali” dan sampai detik ini terus diberi nama Kambuh dan lama kelamaan berubah istilah menjadi tari Gambu (dalam logat Sumenep)
Para penari pada umumnya terdiri dari empat penari yang menggunakan pola posisi segi empat sebagai simbol keblat papat limo pancer, menggunakan properti tombak dan tameng berukuran kecil, tameng terbuat dari bahan memantulkan cahaya, dibagian struktur tari menjelang akhir terdapat adegan perang-perangan.   Tehnik gerak tari sangat jarang mengangkat gerak kaki, tetapi lebih dominan pergeseran kaki yang melekat ketanah, hal ini mirip dengan gerakan latihan tenaga dalam yang dilakukan oleh seni beladiri tenaga dalam.
Konon para penari gambu tempo dulu, adalah para penari yang mempunyai teknik pernafasan yang bagus. Pola-pola pengendalian pernafasan tersebut antara lain dilakukan dengan cara mengkolaborasikan energi yang ada pada tubuh manusia dengan energi yang ada di bumi (tanah). Pola lantai/komposisi tari juga menyiratkan simbol prapatan atau menari dengan tekanan arah hadap kearah empat keblat. Tata busana menggunakan celana setinggi lutut, baju lengan panjang dengan rompi, sembung (sampur), ikat kepala model Sumenep.
Sumber: Lontarmadura.com

Tari Geleng Ro`om menceritakan perempuan Madura yang gemar mengenakan gelang sejak zaman dulu. Semakin banyak gelang yang dikenakan, menunjukkan kelas sosial dari orang tersebut."Gelang itu mempunyai filosofi sebagai pemacu semangat bekerja bagi orang Madura hingga merantau ke berbagai daerah lalu mengumpulkan jerih payahnya itu untuk membeli gelang emas sebagai tanda kesuksesannya,” jelas Dimas Pramuka Admaji selaku penatatari (koreografer) tarian ini sekaligus Ketua Sanggar Gita Maron Surabaya.

“Geleng Ro`om yang berarti gelang yang harum, merupakan tarian yang diadaptasi dari Tari Topeng Getak dan Ronding asal Madura,” terangnya.

Latar belakang
Sebuah tarian yang mengangkat budaya Madura, dimana gadis yang beranjak remaja diwajibkan memakai gelang kaki atau biasa disebut Binggel atau Geleng. Simbol ini bukan semata-mata aksesoris semata tentang tingkat sosial keluarga gadis itu, namun sebuah visualisasi keterikatan dan kepatuhan terhadap norma, adat Madura.
Konsep garap
Geleng Ro’om disusun dengan pendekatan visualisasi gerak tari khas Madura yang bersumber pada kehidupan kesehariannya, seperti giat kerja kerasnya, kedinamisannya bertingkah dalam kehidupan seperti sebagai petani, penjual sayur bahkan nelayan.Terlebih-lebih posisi perempuan dalam upacara-upacara tradisi masyarakat Madura, dimana perempuan sebagai penopang kehidupan keluarganya. Sedangkan penyusunan musiknya lebih didekatkan dengan suasana musik khas Budaya Madura yang sangat didominasi perkusi, seperti musik dug-dug, kenong telok yang sering mengiringi acara kerapan sapi dan terlebih lagi telah muncul musik kolaborasi Semut Ireng Pamekasan yang mencoba mendekati banyak unsur perkusi asal Madura, agar keserasian ragam gerak yang dieksplorasi dapat sejalan dengan hadirnya musik khas tersebut.
Geleng Ro’om ditampilkan dengan aroma pulau Madura.Sehingga mulai ragam gerak yang dipilih dan disusun, Musik maupun tata busananya lebih didekatkan dengan kebiasaan perempuan Madura yang berdandan cantik ala tradisi.Artinya kebiasaan mereka yang terbuka, dengan rias yang khas memberikan pesona tersendiri bagi hadirnya seorang remaja Madura ini berekspresi di atas panggung.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkZ4R_RerjU6cDNjuD2apTEMKSU7PkfczT_XTmpGRqb8IBVNCun5mLi7RNSRJKtg15oVcbk1QLi92RK7rDAO8vIxcAbAyWJaDb4qC_xqEAauNcWypZMxxbLgcC0pRWX-VhwnfdVPR7yFQ3/s320/STAGE1.JPG
Bentuk Penyajian
Geleng Ro’om merupakan tari baru yang dalam penyajiannya disajikan secara kelompok (lebih dari dua penari) dengan pendekatan visualisasi gerak tari khas Madura yang bersumber pada kehidupan kesehariannya, kerja keras, dinamis, cantik dan unik.dimana perempuan sebagai penopang kehidupan keluarganya. Sedangkan penyusunan musiknya lebih didekatkan dengan suasana musik khas Budaya Madura yang sangat didominasi perkusi, seperti musik dug-dug, kenong telok yang sering mengiringi acara kerapan sapi dan terlebih lagi telah muncul musik kolaborasi Semut Ireng Pamekasan yang mencoba mendekati banyak unsur perkusi asal Madura, agar keserasian ragam gerak yang dieksplorasi dapat sejalan dengan hadirnya musik khas tersebut.
a. Tata Busana
Tata busana pada tari Geleng Ro’om lebih didekatkan dengan kebiasaan perempuan Madura yang berdandan cantik ala tradisi.Artinya kebiasaan mereka yang terbuka, dengan rias dengan cubitan atau garis-garis ala cupang merah di dahi dan leher yang khas memberikan pesona tersendiri bagi hadirnya seorang remaja Madura ini berekspresi di atas panggung.Bentuk dan pola riasan seperti itu adalah sebagai wujud kegairahan hidup dan bekerja keras seorang perempuan Madura, dimana perempuan sebagai penopang kehidupan.
Desain dan tata busana tari geleng ro’om terdiri dari:
- Kebaya : Terbuat dari bahan kain borklat bunga-bunga merah dengan potongan kebaya ber kutu baru atau potongan kain segi empat bagian dada sebagai penutup antara tepi kebaya bagian kanan dan kiri.
- Entrok atau Kutang : Merupakan busana dalam kebaya yang senada dengan warna kebaya. Kalaupun warna entrok dibikin kontras dengan kebaya itupun tidak menjadi masalah karena kebiasaan kesukaan perempuan Madura adalah warna mencolok dan kontras
- Kain panjang ( Bawahan) : Berbentuk kain sarung dengan motif kain batik bunga merah dengan potongan/ desain ¾ atau panjang di tengah-tengah betis di bawah lutut dengan wiron bagian tengah, diharapkan agar gerak yang bervolume besar pada bagian kaki terkesan leluasa dan tidak terganggu.
- Kain Sarung : Sarung di pakai pada bagian luar kain panjang, berwarna hitam dengan garis pinggir merah pada tepi atas dan bawah.
- Celana : Motif garis-garis merah putih.
Karena gerak tari Geleng Ro’om yang berpola volume besar pada gerak kaki, dan pada angkatan-angkatan kaki yang berpola menunjukan gelang pada kaki, sengaja memakai/mengenakan celana ¾ lebih panjang 2cm dari kain batik yang dikenakan.
- Gelung angka 8 : Merupakan tata rambut yang tidak ada kesan tata rambut ber sasak atau contok. Sisiran plontos menunurut garis kepala dan disisir kebelakang dengan sanggul angka 8 dibelakang dengan hiasan sanggul dililit pita merah.
- Rinjing/kranjang : Merupakan asesoris, properties dan busana bagian atas kepala dengan hiasan kain merah dan hitam pada tepi rinjing.
- Perhiasan :
 Giwang
Bunga merah dan putih pada sanggul
Binggel pada dua kaki
Gelang kroncong pada tangan kanan dan kiri.
b. Tata Rias.
Tata rias pada tari Geleng Ro’om merupakan gaya Kebiasaan mereka yang terbuka, dengan rias dengan cubitan atau garis-garis ala cupang merah di dahi dan leher yang khas memberikan pesona tersendiri bagi hadirnya seorang remaja Madura ini berekspresi di atas panggung.
Rias muka mengunakan rias cantik dan kaki mengenakan garis-garis merah yang biasa disebut pacar dikenakan melingkar pada bagian tumit.
Warna riasan pada mata mengunakan eye shadow warna hitam dan merah dengan eye liner sebagai aksen tegas pada garis mata dengan memakai bulu mata palsu sebagai pemanis dan sebagai alat bantu ekspresi mata yang sangat dominan dan mempertegas mimik wajah pada tari Geleng Ro’om ini.


c. Gerak tari
Geleng Ro’om disusun dengan pendekatan visualisasi gerak tari khas Madura yang bersumber pada kehidupan kesehariannya, seperti giat kerja kerasnya, kedinamisannya bertingkah dalam kehidupan seperti sebagai petani, penjual sayur bahkan nelayan.Terlebih-lebih posisi perempuan dalam upacara-upacara tradisi masyarakat Madura, dimana perempuan sebagai penopang kehidupan keluarganya.
Dengan mencari kemungkinan-kemungkinan pola gerak baru maka dalam proses garap selalu menggunakan metode eksplorasi gerak serta improvisasi
dilakukan untuk memperoleh gerak-gerak baru yang segar, spontan dan penataan ini dimulai dari eksplorasi atau penjelajahan gerak, yakni pencarian secara sadar kemungkinan-kemungkinan gerak baru dengan pengembangan dari ragam gerak baku gaya madura serta mengolah elemen dasar gerak, waktu, ruang dan tenaga. Penataan gerak memperhatikan unsur ruang dan waktu, etika dan estetika yang didukung oleh irama.
d. Musik Iringan Tari
Penyusunan musiknya lebih didekatkan dengan suasana musik khas Budaya Madura yang sangat didominasi perkusi, seperti musik dug-dug, kenong telok yang sering mengiringi acara kerapan sapi dan terlebih lagi telah muncul musik kolaborasi Semut Ireng Pamekasan yang mencoba mendekati banyak unsur perkusi asal Madura, agar keserasian ragam gerak yang dieksplorasi dapat sejalan dengan hadirnya musik khas tersebut.

e. Durasi (lama penyajian)
Durasi pada tari Geleng Ro’om ini 5 menit (lima menit) namun tidak menutup kemungkinan untuk menjadi lebih atau kurang.
Garap tari yang sengaja digarap berdurasi 5 menit ini karena merupakan sebuah tutntutan awal, yang mana bahwa pada proses penggarapan berawal dari tuntutan kreteri festival pada Parade tari daerah tk Nasional.
Geleng ro’om sebagai wakil DaerahJawa Timur.
Prestasi
Prestasi Geleng Ro’om :
- Tari terbaik Jawa Timur 2006 pada Festival Koreografer Jatim 2006.
- Juara Umum pada Festival Parade tari Daerah tk Nasional 2006
Dengan penghargaan :
Penata tari Terbaik 2006
Penata Busana dan rias Terbaik 2006
Penyji Tari Terbaik 2006
5 Unggulan musik Terbaik 2006.
Sumber: Lontarmadura.com

3.Tari Moang Sangkal

Tari muang sangkal adalah salah satu tarian asli Sumenep.Kini tarian tersebut menjadi ikon seni tari di Sumenep.Tari muang sangkal diciptakan oleh Taufikurrachman pada tahun 1972.tarian tersebut sejak diciptakan hingga sekarang sudah dikenal di luar Madura dan luar negeri.Tercetusnya tari muang sangk al dilatar belakangi banyak hal. Antara lain, kepedulian para seniman dalam menerjemahkan alam madura yang sarat karya dan keunikan. Juga mengangkat sejarah kehidupan kraton yang dulu pernah ada di Madura (Sumenep).
Secara harfiah, muang sangkal terdiri dari 2 kata dari Bahasa Madura dengan makna yang berbeda.Muang mempunyai arti membuang dan sangkal bermakna petaka.Jadi, muang sangkal bisa diterjemahkan sebagai tarian untuk membuang petaka yang ada dalam diri seseorang.Sebenanya gerakan dalam tari muang sangkal tidak jauh berbeda dengan tarian pada umumnya. Namun, ada keunikan yang menjadi ciri khas tarian tersebut, antara lain:
  • Penarinya harus ganjil, bisa satu, tiga lima atau tujuh dan seterusnya.
  • Busana ala penganti legga dengan dodot khas Sumenep.
  • Penarinya tidak sedang dalam datang bulan (menstruasi)
Pada saat menari, para penari memegang sebuah cemong (mangkok kuningan) berisikan kembang aneka macam.Penari berjalan beriringan dengan gerakan tangan sambil menabur bunga yang ada dalam cemong itu serta diiringi gamelan khas kraton. (Lontar Madura)
“Penari Muang Sangkal dipilih perempuan karena gerakan perempuan lebih gemulai dan lebih indah daripada laki-laki.Tidak berpasangan dengan laki-laki karena menjaga kesucian tarian ini, dalam keadaan bergerak antara penari laki-laki dan penari perempuan bisa bersentuhan, bila laki-laki dan perempuan bukan muhrim bersentuhan, maka menodai sucinya tarian ini.Sama halnya mengapa penari tidak boleh dalam keadaan haid.Jumlah penari harus ganjil karna Tuhan itu Maha Esa.”
Jadi sangkal yang dimaksudkan pada umumnya di Songennep adalah : bila ada orang tua mempunyai anak gadis lalu dilamar oleh laki-laki, tidak boleh ditolak karena membuat si gadis tersebut akan “sangkal” (tidak laku selamanya).Pada awalnya tari Mowang Sangkal agak keras geraknya yang diiringi dengan gamelan dengan gending ”sampak” lalu mengalir pada gending ”oramba’-orambe’” yang mengisyaratkan para putri keraton menuju ke ”taman sare”. Dan kemudian gerakannya tambah halus, gerakan yg lebih halus inilah mengisyaratkan para putri sedang berjalan di Mandiyoso (korridor keraton keraton menuju Pendopo Agung Keraton). Pada umumnya kostum yang dipakai adalah warna ciri khas Songennep, merah dan kuning, karena perpaduan warna tersebut mengandung filosofi ”kapodhang nyocco’ sare” yang maksudnya ”Rato prapa’na bunga” (raja sedang bahagia). sedangkan paduan warna kostum merah dan hijau atau kuning dan hijau folosofinya ”kapodang nyocco’ daun” maksudnya ”Rato prapa’na bendhu” (Raja sedang marah).
Sumber: Lontarmadura.com
4. Tari topeng gettak

Tari Topeng Gethak merupakan salah satu tari tradisi kerakyatan yang menjadi bagian dari seni pertunjukan Ludruk Sandur di wilayah Kabupaten Pamekasan - Pulau Madura - Propinsi Jawa Timur - Indonesia.

Pada mulanya tari topeng Gethak tidak dapat dipisahkan dari pertunjukan Ludruk Sandur atau kesenian Sandur.

Kesenian Sandhur merupakan jenis kesenian rakyat yang sangat digemari di Pamekasan Madura, khususnya dikalangan masyarakat pedesaan.  Semua pelosok daerah di Pamekasan mengenal kesenian Sandhur ini menjadikan salah satu jenis hiburan yang memasyarakat dan spesifik,  hal ini dapat dibuktikan dari keberadaan pertunjukan seni Sandhur pada setiap ada pesta perkawinan, khitanan ataupun hajatan lainnya.Kesenian Sandhur menjadi tanggapan sebagai bentuk bukan sekedar hiburan, juga dalam usaha masyarakat melestarikan tradisi yang diminati masyarakat setempat.
Dalam pertunjukan Kesenian Sandhur, terdiri dari 4 macam sajian kesenian yang  membentuk satu reportoar penyajian  yaitu Pajuan (andhongan), Tarian Rondhing, Tari Topeng Klonoan/Getak, dan  seni portunjukan Ludruk Sandhur, yang menjadi sajian utama dari kesenian sajian pertnjukan. Sandhur digelar dalam bentu cerita semalam suntuk.Sedang Tari Topeng Getak merupakan salah satu tarian pembuka dalam suatu sajian Kesenian Sandhur.

Tari Topeng Getak awalnya bernama Tari Klonoan.Tarian ini menggambarkan tokoh Prabu Bolodewo dalam lakon Topeng Dhalang Madura yang ditiru oleh masyarakat awam. Topeng Dhalang Madura  sendiri yang berkembang di Kabupaten Sumenep pada awalnya digelar dikalangan kerator, namun pada proses berikutnya Topeng Dalang banyak ditonton oleh masyarakat secara terbuka. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah kelompok atau perkumpulan Topeng Dalang menyebar disejumlah wilayah seperti Kecamatan Kalianget, Bantang-bantang, Dasuk, Ambunten dan lainnya.
Dalam penokohan Prabu Bolodewo, misalnya,  dalam Topeng Dhalang bagi masyarakat merupakan tokoh yang amat sangat dibanggakan. Rasa bangga tersebut diungkapkan melalui ekspresi gerak yang tersusun menjadi tarian.Kata klonoan berasal dari kata kelana atau berkelana, yang bermakna Bolodewo berkelana.Tari Klonoan ini juga sebagai isyarat pembuka sajian Kesenian Sandhur.
Dalam perjalanannya, Tari Klonoan ini berubah nama menjadi Tari Topeng Getak. Perubahan nama ini terjadi sejak Tahun 1980, ketika  Parso Adiyanto masih menjadi mahasiswa Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya jurusan Seni Tari. Pada saat tugas akhir, ia melakukan penelitian kesenian tradisi yang hidup di wilayahnya,.
Dari hasil penelitian diperoleh petunjuk bahwa Tari Klonoan tersebut  gerak-geraknya dan peralihan tiap gerak selalu tergantung pada bunyi kendang yang berbunyi “Ge” dan “Tak”. Bunyi kendang itulah yang mengilhami penciptaan nama Topeng Getak saat itu. Sampai sekarang nama Klonoan tidak lagi digunakan dan berubah menjadi Topeng Getak.
Tari Topeng Getak dalam perjalanannya dari masa ke masa tetap menyatu beriringan  dalam satu sajian Kesenian Sandhur, bahkan seolah-olah tidak lekang karena kepanasan dan tidak lapuk karena kehujanan. Tari Topeng Getak selalu digemari oleh masyarakat di Kabupaten Pamekasan dan bahkan berkembang ke daerah Sampang, Bangkalan dan Sumenep.
Pemerintah Daerah Kabupaten Pamekasan telah menetapkan Tari Topeng Getak sebagai Tari Khas Unggulan Kabupaten Pamekasan. Upaya pelestarian melalui jalur pendidikan formal (sekolah)  memang efektif dari sisi penari Topeng Getak, tapi dari sisi musik pengiring masih mengalami krisis seniman. Sekarang satu demi satu seniman musik pengiring Topeng Getak meninggal dunia.Upaya pengkaderan seniman alat musik tertentu masih bisa dijalankan, namun alat musik yang sangat dominan yaitu Sronen (terompet tradisional) sulit mengkondisikan regenerasinya, untuk itu diperlukan pencarian metoda transformasi permainan alat tiup sronen.

Tarian Topeng Gethak mengandung nilai fisolofis perjuangan warga Pamekasan saat berupaya memperjuangkan kemerdekaan bangsa, Gerakan Tarian Topeng Gethak ini mengandung makna mengumpulkan masa dimainkan oleh satu hingga tiga orang penari. Asal muasal sebelumnya nama tarian ini bernama Tari Klonoan kata klonoan ini berasal dari kata kelana atau berkelana, bermakna Bolodewo berkelana, dan pada akhirnya Tari Klonoan ini Berubah nama menjadi Tari Topeng Gethak.
Sumber: Lontarmadura.com



5. Tari Rondhing

Tari Rondhing adalah suatu bentuk drama tari komedi tradisional, yang menggambarkan tentang kegiatan baris-berbaris pada jaman penjajahan.
Karenanya, seni tari asli Pamekasan, Madura, Jawa Timur ini, disebut juga tari baris.Ada pula yang menyebutnya tari kenca’ atau hentak, karena gerak tariannya dominan berupa gerak kaki yang dihentak-hentakkan ke lantai.Tarian Rondhing dipentaskan oleh enam orang penari.Biasanya, tarian ini ditampilkan pada saat acara penyambutan tamu penting.

Tarian yang dulunya diperankan oleh penari pria ini, sering juga ditampilkan dalam pembukaan acara pelantikan kepenguruan organisasi social dan organisasi masyarakat.
Seperti yang ditampilkan saat acara pelantikan pengurus Gabungan Petani Garam Rakyat (Gaspegar) Pamekasan ini.Dengan iringan musik tradisional Ul-daul milik Sanggar seni Mella’ Ate, yang artinya Hati Yang Terbuka, penari Rondhing memeriahkan ruang utama Pendopo Ronggosukowati Pamekasan.
Suara alat musik Ul-daul yang didominasi suara seruling khas Madura yang disebut Saronen ini, tampak menggema ke seluruh sudut pendopo.
Enam penari yang seluruhnya gadis remaja ini, tampak lincah dan tegap.Kaki-kaki mereka terus menghentak-hentak lantai marmer pendopo.
Karena dulunya diperankan oleh kaum pria, ke-6 penari Rondhing ini berpenampilan layaknya lelaki sejati.Mereka mengenakan penutup kepala yang oleh orang Madura dinamakan Odheng.Mereka tak mengenakan kain panjang, melainkan celana khas Madura yang disebut Pesak warna hitam legam.
Baju lengan panjang yang dililit selempang, dibalut rompi tampak gagah.Kedua kakinya mengenakan kaos kaki putih.Dan, kaki kanan penari berhias geleng sokoh atau gelang kaki khas Madura.Saat penari menghentakkan kakinya, suara gemerincing terpancar dari geleng sokoh ini.
Penari Rondhing makin bersemangat, saat peniup seruling Saronen meliuk-liuk ditimpa suara kenong dan gendang.
Sumber: Lontarmadura.com

5.  TARI EBLAS


Versi pertama tari Eblas
Tari Eblas Versi kini
            Tari EBLAS adalah tari kreasi tradisional yang menceritakan tentang gadis-gadis madura yang cantik, feminin, luwes, lincah dan ceria.
Tari Eblas awal diciptakan berangkat dari ide keberadaan Topeng sebagai sebuah karya seni unik di Jawa Timur.Tari ini mengangkat seni Jawa-Madura yang dilahirkan dalam iklim budaya Surabaya.
Arif Rofiq menciptakan tari Eblas sekitar tahun 1990-an dengan konsep koreografi menggunakan topeng. Namun seiring perkembangan jaman, banyak penari yang sangat jarang mengenakan topengnya sehingga menonjolkan wajahnya.
Jadi tari Eblas dengan topeng -red: Topeng Eblas- bukanlah suatu inovasi baru dari tari Eblas tetapi justru adalah asal mula tari Eblas diciptakan.
Kostum tari Eblas sangat bervariasi, namun intinya adalah pakaian khas bernuansa madura. Seperti: kebaya madura, sewek/rok dengan batik madura, cemol madura, dan gelang kaki.

https://spectradancestudio.wordpress.com/2013/06/03/tari-eblas/