Postingan
pertama yaitu contoh makalah tentang berbagai gamelan karawitan Jawa Tengah.
Tugas ini dikasih dosen waktu aku masi jadi maba 2015 hihi saiki wes mahasiswa
basi rek hebat nggak siihh. Langsung saja mari disimak, semoga bermanfaat
Di
susun oleh :
Nama : Nur Inna Afiyah
NIM :
15020134...
Prodi :
Pend. Sendratasik (Tari'15)
MACAM-MACAM
ALAT MUSIK
KARAWITAN
JAWA TENGAH
Sebelum
kita membahas tentang berbagai alat musik gamelan yang biasanya dipakai untuk
karawitan khususnya di daerah Jawa Tengah, mari kita bersama membahas pokok
dasar nya dulu, yaitu apakah yang di maksud dengan “Karawitan”?. Menurut kamus
besar Bahasa Indonesia, karawitan merupakan seni gamelan dan seni suara yang bertangga
nada slendro dan pelog. Slendro merupakan nama laras dalam gamelan Jawa,
sedangkan pelog adalah jenis tangga nada di karawitan Jawa, Sunda, dan Bali
yang memberi kesan tenang dan luhur (tiap oktafnya terdiri atas lima, enam,
atau tujuh nada yang jaraknya tidak sama).
Sedangkan
menurut kamus basa Sunda (LBS), karawitan adalah ilmu yang mempelajari seni
swara baik yang menggunakan laras pelog, degung, salendro, ataupun madenda.
Karawitan
secara umum adalah berbagai seni suara dari daerah yang berlaras pelog, atau
slendro, sedangkan karawitan secara khusu adalah seni suara yang mempergunakan
alat-alat gamelanyang memakai laras pelog, dan slendro.
Istilah
karawitan dalam bahasa Jawa mulai di gunakan sejak tahun 1920. Pengertian
karawitan itu sendiri terdapat versi yang bermacam-macam yang bersumber
langsung dari beberapa ahli, baik di tinjau dari segi keilmuan, kebahasaan,
maupun dari sejarah karawitan itu sendiri.
a. Menurut Ki Sindoe Soewarno (ahli karawitan
Jawa)
Karawitan
berasal dari kata ka-rawit-an. Ka- dan –an adalah awalan dan akhiran. Rawit
berarti halus. Jadi karawitan adalah kempulan segala hal yang halus dan indah,
serta dapat di artikan sebagai kesenian yang menggunakan bunyi-bunyian sebagai
seni suara.
b. Menurut R.M.A Kusumadinata (ahli karawitan
Sunda)
Selain sependapat dengan Ki Sindoe,
dia juga berpendapat bahwa karawitan berasal dari kata rawit, yang akar katanya
adalah Ra=sinar matahari=cahaya=seni. Wit=weda=pengetahuan. Jadi karawitan
adalah pengetahuan kesenian dari berbagai macam aspek seni seperti seni tari,
seni suara, seni pedalangan, seni drama, seni sastra, dan sebagainya.
c. Menurut Udjo Ngalagena, dkk.
Ia sependapat dengan Ki Sindoe dan
Kusumadinata, dan ia menambahkan bahwa dalam arti yang khusus, karawitan adalah
seni suara daerah yang berlaras pelog atau salendro.
Nah,
setelah tahu tentang apa itu “Karawitan”, mari kita langsung membahas serta
berkenalan dengan berbagai alat musik tradisional yang di gunakan dalam
berbagai pertunjukan seni karawitan Jawa Tengah.
1.
Kendang/Gendang
Kendang atau
gendang ini adalah alat musik yang di gunakan dalam karawitan Jawa Tengah yasng
dibuat dari bahan kayu serta kulit binatang, biasanya kayu yang di gunakan
adalah kayu nangka, cempedak, dan kayu kelapa. Kulit yang sering dipakai adalah
kulit Kambing dan kulit Kerbau, bahan yang di pilih akan di sesuaikan dengan
jenis nada yang nantinya akan di hasilkan.
Dalam sajian karawitan tradisi, ricikan kendang
berfungsi sebagai pengatur atau pengendali (pamurba) irama lagu/gending.
Adapun cara memainkannya adalah dengan dipukul/ditepak dengan menggunakan
telapak tangan. Kendang ini termasuk dalam
kelompok alat music membrane phone,yaitu alat musik dengan sumber suara berasal
dari selaput/membrane. Membrane inilah yang nantinya dikebuk dengan tangan atau
jari-jari sehingga menghasilkan sumber suara. Meskipun dimainkan dengan cara di
pukul, memainkan kendang bukanlah perkara yang mudah, di butuhkan intuisi yang
tajam untuk memainkan kendang agar tercipta nada-nada yang di butuhkan. Biasanya
pengendang bawaan dalang (gawang) akan membawa sendiri kendang andalannya,
serta ia sudah tau betul selera yang di inginkan oleh ki dalang, ibarat
pengemudi ia tahu betul selera tuannya.
2. Bonang
Alat musik ini terbuat dari kuningan,
perunggu, dan besi, serta dimainkan dengan cara dipukul oleh pemukul khusus.
Alat ini berbentuk pencon, tetapi lebih kecil dari kenong.
Di dalam seperangkat gamelan jumlah
bonang ada 2 set yakni satu set bonang berlaras slendro dan juga pelog, laras
slendro jumlah pencon dalam satu set kurang lebih ada 12 bilah, sedangkan dalma
laras pelog satu set terdiri dari 14 bilah percon.
Dalam istilah Jawa bonang ini dibagi
menjadi dua, istilah yang pertama di sebut dengan bonang barung, dan yang kedua
adalah bonang penerus. Perbedaan dari dua bonang ini terletak pada ukuran serta
fungsi pada keduanya. Bonang barung mempunyai ukuran yang lebih besar, serta
beroktaf tengah sampai tinggi, berfungsi sebagai pembuka serta penuntun dari
sebuah lagu. Sedangkan bonang penerus berukuran lebih kecil serta mempunyai
oktaf yang tinggi, bonang penerus ini dimainkan dua kali lebih cepat dari
bonang barung.
3.
Saron/Ricik
Saron adalah
instrumen pada gamelan yang terbuat dari lembaran logam, yang di mainkan dengan
cara di pukul menggunakan pemukul yang terbuat dari kayu.
Cara
menabuhnya di sesuaikan dengan nada yang akan dipilih bisa dengan nada biasa,
nada imbal, atau menabuh secara bergantian antar saron 1 dengan saron 2.
Dalam
memainkan saron, tangan kanan digunakan untuk memukul wilahan/lembaran logam
dengan tabuh, lalu tangan kiri memencet wilahan yang di pukul sebelumnya untuk
menghilangkan dengungan yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya, cara ini
disebut dengan memathet (kata dasar pathet=pencet).
4. Demung
Sebenarnya
demung merupakan alat musik gamelan Jawa Tengah yang sangat mirip dengan saron,
hanya saja demung memiliki ukuran yang lebih besar dengan bentuk yang sama
persis.
Alat
musik ini berukuran besar serta beroktaf terendah dalam keluarga balungan,
demung ini memainkan balungan gendhing dalam wilayahnya yang terbatas serta
relatif tipis sehingga nada yang di hasilkan relatif rendah. Umumnya dalam satu
set gamelan mempunyai satu atau dua demung. Tetapi pada gamelan di Keraton
mempunyai lebih dari dua demung. Keduanya memiliki versi pelog dan slendro
Cara
memainkannya juga sama dengan saron yaitu dipukul menggunakan alat pemukul yang
terbuat dari kayu, de3ngan bentuk seperti palu, lebih besar dan lebih berat
daripada tabuh saron.
5. Kenong
Alat
musik gamelan Jawa Tengah yang
selanjutnya ada kenong yang dalam karawitan berfungsi sebagai pembatas gatra
serta penegas irama. Instrumen ini
sejenis gong tetapi berposisi secara horizontal, di tumpangkan pada tali yang
di tegangkan pada bingkai kayu. Dalam satu set jumlah kenong dapat bervariasi
tergantung dengan nada-nada yang akan di hasilkan, tetapi rata-rata jumlah 1
set kenong yang digunakan adalah berjumlah 10.
Alat ini juga
berbentuk mirip dengan bonang dengan ukuran yang lebih besar, cara memainkannya
adalah dengan cara di pukul menggunakan pemukul kayu yang telah dililit dengan
kain.
.
6. Slenthem
Alat musik yang satu ini merupakan alat musik tradisioanl
Jawa Tengah yang terdiri dari lembaran logam tipis yang di untai menggunakan tali yang kemudian di
rentangkan di atas tabung-tabung.
Cara memainkannya adalah dengan dipukul
sehingga menghasilkan berbagai dengungan bernada rendah atau gema yang
mengikuti nada saron, ricik, atau balungan bila di tabuh
Cara menabuh slenthem sama seperti
menabuh balungan, ricik, ataupun saron. Tangan kanan mengayunkan pemukulnya dan
tangan kiri melakukan "patet", yaitu menahan getaran yang terjadi
pada lembaran logam. Dalam menabuh slenthem lebih dibutuhkan naluri atau
insting si penabuh untuk menghasilkan
gema ataupun bentuk dengungan yang baik.
7. Gong dan Kempul
Gong dan kempul ini terbuat dari timah
serta tembaga, yang dimainkah dengan cara di pukul atau di tabuh.
Rangkaian pada instrumen gong ini
tyerdiri dari kempul, gong suwukan, gong berlaras, dan gong besar (ageng), yang
semuanya ditata rapi pada gayor, yaitu tempat untung menggantung berbagai gong
dan kempul.
Gong menandai permulaan dan akhiran
gendhing serta memberi rasa keseimbangan setelah berlalunya kalimat lagu
gendhing yang panjang. Gong ini sangat
penting untuk menandai berakhirnya satuan kelompok dasar lagu, sedangkan kempul menandai
aksen-aksen penting dalam kalimat lagu gendhing.
8. Gambang
Gambang
merupakan alat musik gamelan yang di mainkan dengan di pukul atau di tabuh
dengan tabuh khusus gambang yang berbentuk bundar serta panjang, biasanya
terbuat dari tanduk/sungu. Gambang dalam karawitan berfungsi sebagai pangrengga
lagu.
Gambang
ini terbuat dari bahan kayu, yang di bentuk menjadi rangkaian atau deretan bilah-bilah nada yang berjumlah
tujuh belas sampai dua puluh bilah.
9. Siter
Siter adalah alat musik karawitan Jawa Tengah yang terbuat
dari kayu dan string (kawat) yang di susun rapi sehingga dalam cara
memainkannya bisa di petik, dimana sumber bunyinya terdapat pada string itu
sendiri.
Adapun bentuk serta warna bunyinya
da tiga macam, yaitu siter, siter penerus (ukuran lebih kecil dari pada siter,
siter cemplung (ukurannya lebih besar
dari pada siter).
10. Suling
Alat musik yang satu ini terbuat dari bambu wuluh, atau bisa
juga di buat dari paralon yang diberi lubang yang berfungsi sebagai penentu
nada atau laras pada karawitan, serta sebagai pemanis dalam lagu.
Cara
memainkannya adalah dengan cara ditiup. Dalam pembuatannya pada ujung suling
yang ditiup dan melekat di bibir diberi lapisan tutup yang disebut jamangan,
yang berfungsi untuk mengalirkan udara sehingga menimbulkan getaran udara yang nantinya
sebagai sumber bunyi dari suling itu sendiri.
Bunyi
suling dihasilkan melalui sebuah teknik pernafasan dari proses pemompaan dari
rongga perut, kemudian udara disalurkan melalui rongga mulut yang diatur
pengeluaranya oleh perubahan bentuk bibir yang seterusnya udara masuk melalui
sebuah lubang suling yang telah dibingkai oleh seutas tali rotan yang biasa
disebut “siwer” kemudian masuk ke dalam rongga bambu (resonator), yang
akhirnya suara atau bunyi dapat didengar melalui lubang-lubang nada, serta
lubang pembuangan.
Untuk
menghasilkan warna-warna suara, baik suara tinggi sedang atau rendah, sangat
tergantung pada tekanan udara yang disalurkan melalui lubang sumber suara pada
suling, selain itu posisi mulut dan bibir memiliki peran untuk menghasilkan
perbedaan dinamika atau warna suara. Dengan demikian teknik tiup yang dilakukan
dengan baik dan benar akan berpengaruh terhadap kualitas bunyi yang dihasilkan
dengan baik pula.
Demikianlah
sedikit ilmu dari saya, mohon maaf apabila ada kata yang kurang berkenan.
Kritik dan saran dari pembaca sangat
bermanfaat untuk pembelajaran saya kedepannya. Semoga bermanfaat.
|
Good artikel Nurinna, thanks infonya
BalasHapusTerima kasih mbak, semoga bermanfaat :)
BalasHapusThanks info :)
BalasHapus